Wednesday, 21 September 2016

Profile Desa

Desa Popongan merupakan satu dari 27 desa di kecamatan Banyuurip yang mempunyai jarak 5 km dari kota kabupaten Purworejo Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis Desa Popongan dengan luas wilayah 303.499 Ha dengan jumlah penduduk 1.736 jiwa yang berbatasaan dengan:
Sebelah Utara : Desa Borowetan, Kecamatan Banyuurip
Sebelah Timur  : Desa Semawung dan Desa Wonoroto, Kecamatan Purworejo
Sebelah Selatan : Desa Cengkawakrejo dam Desa Wangunrejo, Kecamatan Banyuurip
Sebelah Barat  : Desa Tegalrejo dan Desa Surorejo, Kecamatan Banyuurip
Secara geografis tanahnya datar, dengan lahan sebagian besar dimanfaatkan oleh masyarakat untuk lahan pertanian, perkebunan dan perikanan sehingga sebagian besar masyarakat desa Popongan adalah petani dan petani penggarap.

Sejarah Desa Popongan

Berdasarkan cerita dari leluhur bahwa Desa Popongan sudah beralih cerita menurut jamannya. Pada abad ke-16, pada jamannya Mataram Hindhu di perintah oleh Dyah Watukuro, Popongan diberi nama Poh Pitu lokasi sekarang di daerah Popongan Kidul. Poh Pitu pada saat itu adalah tempat peribadatan agama Hindhu. Buktinya di daerah Popongan ada dearah yang bernama Kentheng dan daerah Tugu. Kentheng letaknya di daerah Kriyan, sedangkan Tugu di daerah pedukuhan Gegunung. Pernah pada tahun 1974, penilik kebudayaan Banyuurip, Bapak Dalimin pernah mensurvei untuk meyakinkan bahwa di Popongan dulu ada tempat percandian atau tempat peribadatan. Bukti telah ditemukannya 2 buah yoni, satu di tempat Bapak Cundhuk KS, yang ke dua di tempat Bapak Darmaji. Setelah diadakan penggalian dearah si Tugu dengan kedalaman kurang lebih 8 meter telah ditemukan sebuah batu Lingga. Setelah dilaporkan akan tetapi tidak ada tindak lanjut oleh instansi yang terkait. Popongan awalnya dinamakan Poh-pitu, karena ada pohon Poh-pohan yang berjumlah 7 buah sehingga dinamakan Poh-pitu sampai sekarang daerah tersebut banyak ditumbuhi pohon Poh-pohan. Letaknya di daerah pinggiran selatan berbatasan dengan desa Cengkawakrejo. Penguasa jaman dulu sebagai jaman perdikan (bebas pajak) namanya buyut Reso Wahono, makanya di daerah si Sumpel mungkin itu dirahasiakan perkiraan lokasinya di daerah Karangjati, pinggiran bawah rumpun bambu. Mempunyai keturunan atau tidaknya buyut Reso Wahono tidak diketahui dengan jelas. Sejarah berjalan Poh-pitu akhirnya di perintah oleh Demang Stotrumo. Beliau adalah putra dari Raden Tumenggung Rogonoyo cucu dari Kanjeng Raden Tumenggung Nilosrobo yang pada waktu itu menjabat sebagai Bupati Bagelen. Atas perintah Sri Susuhunan Pakubuana ke 5 pada waktu itu terjadi pergolakan besar di tanah Jawa yang dinamakan Perang Diponegoro tahun 1825-1830. Pada waktu itu wilayah Bagelen di bawah Panji-panji Surakarta yang pro kepada Belanda, tetapi Kanjeng Tumenggung Nilosrobo berpihak kepada pangeran Diponegoro sehingga terjadilah perang besar di daerah Bagelen dan sekitarnya. Poh-pitu mendapat bantuan senopati-senopati perang yang berjiwa pahlawan dan sakti, antara lain:
  1. Yang Mulia Bendoro Raden Ayu Atas Angin (BRA. Retno Palupi) dan dayangnya BRA. Ayu Serang.
  2. RM. Mangunwilogo. 
  3. Putra Pangeran Diponegoro yang bernama Diposonto. 

Pada waktu itu Poh-pitu diganti nama dengan Peng-pengan karena kehebatannya dari tiga senopati itu sangat diperhitungkan oleh Belanda. Konon ceritanya RM. Mangunwilogo dapat mencuri kereta dan kuda Bupati Purworejo yang pertama Cokronegoro 1 (ada cerita lain yang dicuri merupakan kereta kuda milik kerajaan mataram) hanya dengan selembar kain kacu (sapu tangan) dan dibawa pulang ke Poh-pitu yang beralih nama menjadi Peng-pengan
Masa akhir perang Diponegoro(1830) terjadi perang habis-habisan (Pog-pogan). Sejak itulah Peng-pengan bergeser nama menjadi Pog-pogan. Karena pada waktu itu sebagian besar pengikut Pangerang Diponegoro di daerah Pog-pogan gugur ataupun habis (puputan). Konon ceritanya BRA. Atas Angin moksa di tepi sungai Bogowonto lalu dikeramatkan sampai sekarang tepatnya di pemakaman Atas Angin. Pangeran Diposonto moksa di daerah Karangjati, tempat yang sekarang ditempati kepala dusun Karangjati rumah Mbah Ranu Sumarjo. Sejarah bergeser pada waktu itu desa Pog-pogan di perintah oleh Glondong Kartopawiro ada suatu kejadian pada waktu itu Glondong Kartopawiro sedang pergi ke sungai Bogowonto melihat ada orang hanyut di dalam bronjong babi, orang tersebut tidak di ketahui asal-usalnya, setelah dinaikkan dan dibawa kerumahnya ternyata orang itu ternyata masih hidup tetapi sudah kehilangan ingatannya kemudian oleh Glondong Kartopawiro di beri nama Amat Supi karena orang itu mempunyai keganjilan bisa hidup kembali dan sampai sekarang Pog-pogan menjadi Popongan.


Sejarah Kepemimpinan Desa Popongan 
Eyang Suto Truno ingkang Trukoyoso (pendiri) Desa Popongan
Nama-Nama yang pernah memimpin Desa Popongan:
  1. Karto Igeno
  2. Mondro
  3. Glondong Kartopawiro
  4. Idris 
  5. Medi 
  6. Sontomiharjo (Parino)
  7. Prawiro Atmojo (Slamet)
  8. Supariyo (1969-1999)
  9. Sucipto (1999-2013)
  10. Miftachuzzaman (2013-Sekarang)
sumber: dari berbagai sumber

Monday, 23 May 2016

Tradisi Kupatan (Ruwahan)

Popongan, Setiap tahun pada bulan syakban ada tradisi untuk menyambut datangnya bulan ramadhan yang masih ada sampai sekarang yaitu nyadran atau ruwahan. Asal kata nyadran berasal dari bahasa sansekerta yaitu sraddha (keyakinan). sedangkan asal kata ruwahan berasal dari ruh dan arwah, yang kemudian oleh masyarakat dijawa tengah pada umumnya menyebutnya dengan ruwahan. Inti dari acara nyadran atau ruwahan ada membersihkan diri sendiri, ruh/arwah leluhur dan lingkungan yang ada disekitarnya yang bertujuan untuk menyambut datangnya buran Ramadhan. Didesa Popongan tradisi ini masih dilakukan sampai sekarang, Kegiatan dilakukan dengan cara kupatan, acara kupatan biasanya dilakukan dimushola. Kegiatan kupatan dimushola dilakukan diawali dengan mengumpulkan kupat yang dibawa oleh jamaah mushola, sehabis sholat magrib dilanjutan membaca alquran (yasinan), dzikir dan doa bersama-sama. Setelah berakhir dilanjutkan makan bersama kupat yang dikumpulkan sebelumnya. Ada juga yang dilakukan dimakam desa dengan tujuan membersihkan makam, kegiatan diawali dengan bersih-bersih makam, setelah makam dibersihkan dilanjutkan dengan dzikir, tahlil dan doa bersama-sama diakhiri dengan makan kupat bersama. Rangkaian acara nyadran/ruwahan ini diakhiri dengan acara kenduri bersama-sama yang dilakukan di tingkat RT didesa Popongan. Dengan berakhirnya rangkaian acara nyadran/ruwahan ini masyarakat desa Popongan siap menyambut datang bulan ramadhan dan siap juga untuk menjalankan ibadah puasa wajib selama bulan ramadhan.

Tuesday, 10 May 2016

Dengan Rp. 10.000 Mancing sepuasnya

Popongan, Sudah dibuka Kolam pemancingan didesa Popongan, Lokasinya disebelah timur SMP Negeri 26 Purworejo, tepatnya dilapangan Tunas Manggala, desa Popongan Kecamatan Banyuurip, Kabupaten Purworejo. Sekarang ini masih dalam tahap pembangunan jadi masih banyak kekurangan disana-sini, akan tetapi sudah cukup untuk sementara ini menjadi tujuan rekreasi pemancingan. Ukuran kolam pemancingan sekirtar panjang 25 meter, lebar 20 meter dengan kedalaman 1,5-2 meter. Akses menuju kolam pemancingan bisa menggunakan mobil sampai lokasi. Kolam pemancingan tempat yang paling disukai bagi beberapa orang terutama yang hobi memancing. Kolam pemancingan akan ramai pada hari libur seperti libur hari sabtu-minggu, libur panjang dan hari raya. Semua orang butuh liburan untuk menghilangkan pengat karena aktifitas sehari-hari.


Anda cukup membayar Rp. 10.000 bisa mancing sepuasnya/seharian penuh.Karena berada ditengah lapangan, disediakan tempat duduk dan atap untuk menghindari dari panas matahari dan hujan.Tidak perlu kawatir kelaparan ditempat pemancing ada yang menjual makanan dan minuman.Anda bisa menikmati hari bersama teman, kerabat atau keluarga, tanpa terganggu dari bisingnya suara kendaraan. Adanya angin berhembus membuat hawa panasnya hilang. Ayo datang dan nikmati wisata mancing didesa Popongan.

Thursday, 28 April 2016

Merti Desa Popongan

Popongan, Merti desa merupakan upacara adat yang mungkin tak asing bagi kita. Dimana Tradisi yang untuk saat ini masih terus lestari tak hanya menentramkan hati, namun juga memberikan kebanggaan atas ragam kekayaan budaya di negeri ini. Sebuah tradisi yang perlu dilestarikan, larena semakin kekinian, tradisi ini mulai di tinggalkan, acara ini masih tetap berlangsung, walaupuntidak banyak lagi yang melakukannya, khususnya di Popongan.

Merti desa, sering disebut juga bersih desa, pada hakikatnya merupakan simbol rasa syukur masyarakat desa poponga kepada Alloh SWT atas limpahan rejeki yang diberikan. rejeki bisa berwujud apapun, seperti keselamatan, ketentraman dan guyup rukun antar warga desa. Bahkan orang Jawa percaya, ketika sedang berduka dan tertimpa musibah, masih banyak hal yang pantas disyukuri. Rasa syukur bisa menjadi obat sekaligus sugesti yang menghadirkan ketenangan jiwa.


Merti desa biasanya dilakukan pada bulan bulan tertentu, dalamm kalender jawa. Di desa Popongan akan mengadakan acara Merti Desa yang diikuti oleh seluruh warga di desa Popongan. Baik muda ataupun yang sudah berumur. Dalam Meti Desa peran masyarakat dalam partisipasinya sangat menentukan proses dan kelestarian budaya ini. Karena secara langsung mereka melakukan kontak langsung dengan melaksanakan merti desa.


Rangkaian acara merti desa diawali dengan bersih-bersih desa diseluruh wilayah desa Popongan, dipuncak acara merti desa yang jatuh pada tanggal 5-6 Mei 2016 diselenggarakan pagelaran Wayang Kulit semalam suntuk dengan dalang:

1. Mulai 13.00-18.00 dalang : Naila Hilmy Tunjung dari Banyumas
2. Mulai 21.00-05.00 dalang: Ki Wisnu Hadi Sugito dari Toyan, Kulon Progro Yogyakarta
Foto: Ki wisnu Hadi Sugito


Teks: Admin dan Berbagai sumber

Ujian seleksi perangkat Desa yang Transparan

Popongan, Menjadi perangkat desa dahulu dengan cara pemungutuan suara atau lebih dikenal dengan istilah cobolsan, namun dengan perkembangan jaman berdasarakan peraturan yang ada dilakukan perubahan tata cara pengisian kekosongan perangkat desa. Sekarang ini pengisian kekosongan perangkat desa dilakukan dengan cara ujian seleksi yang dilakukan didesa.
Desa popongan telah melakukan ujian seleksi perangkat desa yang diketuai oleh Bapak Tri Haryanto untuk mengisi kekosongan Bayan Gegunung (RW 2) pada tanggal 15 Februari 2016 yang diawasi langsung oleh Bapak Drs. Bambang Sugiri, M.Si selaku Camat Banyuurip dan Muspika, mengingat fungsi mereka sebagai pengawas, fasilitator, sekaligus pembimbing untuk mengadakan pengisian perangkat desa. Peserta ujian seleksi ada enam orang, empat orang laki-laki dan dua orang perempuan: Bejo Suyanto, Wakhidin, Abdi Prasetyono, Maryadi, Eva Arif, Inin Yuyun Yuningsih.
Tahapan yang dilakukan dalam pengisian kekosongan perangkat desa diawali dengan pendaftaran bakal calon (balon) perangkat desa, dilanjutkan dengan pemeriksaan administrasi, setelah dinyatakan lolos tahap berikutnya balon perangkat desa diwajibkan melakukan ujian seleksi yang dilaksanakan di Aula Balai Desa Popongan, ujian seleksi disini tidak hanya melakukan ujian mengerjakan soal tertulis, namun balon juga diwajibkan menyampaikan visi misi. Penilaian dalam ujian seleksi ada tiga nilai yang diambil yaitu nilai ujian tertulis, nilai penyampaian visi misi, dan nilai dari keaktifan dilingkungan desa Popongan dengan bukti ada surat keputusan (SK) dari bapak Miftachuzamman selaku Kepala desa Popongan yang sekarang.
Tim penilai ada dua macam, tim penguji penyampaian visi misi dilakukan oleh ketua RT yang ada di wilayah kerja Bayan dan tim penguji ujian tertulis diambil dari warga yang bukan dari wilayah kerja Bayan Gegunung. Pada saat koreksi nilai ujian tertulis dilakukan dengan sangat transparan, dengan penilaian dengan komputer yang ditampilkan dengan proyektor di layar besar. Jawaban ujian tertulis peserta akan dibacakan sendiri oleh peserta yang didampingi oleh Bapak Faturohman, S.Pd petugas penilai dan akan dicatat dikomputer oleh bapak Saifudin. Untuk penilaian penyampaian visi misi tim penilai akan menuliskan nilai yang kemudian dimasukan kedalam amplop yang dikumpulkan oleh bapak Budi Prasetyo, S.Pd, kemudian nilai dari masing-masing tim penilai dimasukan kedalam komputer untuk dijumlahkan semuannya sehingga didapat nilai tertinggi secara langsung.


Dari ujian seleksi ini yang mendapatkan nilai tertinggi saudari Eva arif dengan nilai 95, 50 menyingkirkan pesaing lainnya, hasil selengkapnya bisa dilihat dari grafik berikut: